Senandiku

    "bukankah kau dulu berjanji akan bercerita hujan untukku?"
Bandar Udara, juli 2023

    Gerimis hujan membasahi bangunan megah dihadapnku, aku turun dari taksi berlari kecil menuju gate untuk berteduh, melihat jalanan yg selalu saja ramai, kilat dan petir terus menyambar, membuatku hanya bisa berharap hujan segera reda.

    Sejak dari pintu keamanan-security chek- hampir satu jam aku berputar putar dan kembali lagi ke tempat semula-, beberapa kali aku bertanya security dimana waiting room yang ku maksud. Kakiku mulai terasa berat -kupikir naik segway akan lebih mudah.

    Berjalan dari gate ke gate yang lain, sesekali menengok sekeliling berharap aku bisa melihatnya sekali lagi.


                                          🌿


    Memori lama yang selama ini mengganggu pikiranku. Terasa cepat sekali hari itu, hari dimana pertama kali aku melihatmu tepat dihadapanku.

    Saat langit malam lamban menghampiri, saat itu juga bayangmu terus hadir menerka sepi.

    Hujan tak kunjung reda..
    Tiba tiba langkahku terasa lebih cepat, jantungku mulai berdebar kencang, mataku tak berkedip sedikitpun, hampir saja aku menabrak orang orang didepanku. Itukah kamu?

    Wajah yang familiar, auranya memancarkan keanggunan yang tenang, sepasang mata menandakan keceriaan, bibirnya tersungging sehingga terlihat jelas lentik bulu matanya dan pipi yang lebih ranum dari mawar kesukaannya, kehadirannya membuat semilir angin terasa lebih sejuk..

     Hatiku berdesir hebat, mataku menerawang jauh, seolah melihat sesuatu yang tak lagi berada dihadapanku.

    "hei" lidahku menjadi kelu.
    Dia menoleh memeriksa...
    "hei, kamu.."  berusaha mengingat ingat.


                                             🌿


    Pesisir selatan.

    Beberapa tahun lalu kami resmi menjadi alumni salah satu asrama ternama di daerah pesisir selatan. Terdapat beberapa organisasi didalamnya, dan kami dulu dalam satu organisasi yang sama, yaa, satu organisasi yang sama.

    Kau tahu? alasan kenapa setiap kali organisasi mengadakan rapat aku selalu bersemangat.

    Tak jarang mereka pergi ke pegunungan sabana untuk melihat keindahan dunia, padahal untuk melihat keindahan itu, aku cukup melihatmu.

    "Ah iya, dulu kita satu organisasi, tapi kurasa hanya beberapa kali aku melihatmu" kilasnya. 

    "Kamu juga suka buat puisi kan? beberapa kali aku membaca karyamu di mading madrasah" matanya berbinar.

    "Mm.. i.. iya iya" jawabku terbata, berusaha menghindari tatapannya.

    Kau mengingatku.

    "lalu, kenapa kamu bisa disini?" suaranya lembut keheranan.
    "Ee iya, kebetulan.. emm lagi ada tugas dekat sini" jawabku beralasan.

    Tak banyak waktu, hanya beberapa kalimat yang bisa kami ucapkan. Keluarganya sudah meninggalkannya sedari tadi, tinggal beberapa teman temannya yang akan berangkat bersamanya, meninggalkan tanah airnya untuk mencapai citanya. 

    "Eh, Ini apa?" pupil matanya membesar.
    "Oh itu kenang kenangan, anggap saja apresiasi dariku karena kita pernah satu organisasi. Oiya, didalamnya ada amplop dibuka nanti kalau udah sampai tujuan ya" jawabku cepat.

    Aku tahu kau sangat suka mawar merah kan? mawar merah yang menjadi sampul buku diarymu. 

    Hanya sesaat pertemuan kali ini dan lagi lagi kita akan saling berpisah. Semoga kau menyukainya..

    Senandiku,
Suatu hari aku menemukanmu.
Tidak dengan degup degup kuat.
Tidak dengan bincang yang dinanti nanti.
Tidak dengan rindu yang ditunggu tunggu.
Saat kita bertemu hidup berlanjut begitu saja.
Tidak ada waktu yang berhenti untuk jatuh cinta di pandangan pertama.
Kita hanya bersama,
kemudian tidak pernah berhenti.
Sering kali hujan membuat mawar rusak, tapi ia tetap memancarkan kecantikannya.

_Rakasya

Comments

  1. Ceritanya menarik dan iringan puisi nya berbotot untuk di pres.

    ReplyDelete
  2. Kritik ndop : susunan katanya kurang membuat penasaran, jadi kurang nafsu untuk melahap semua isi cerita.
    Tapi PUISI nya A+ dan berbobot. 😇💪🙏

    ReplyDelete

Post a Comment

Komen aja dulu, pasti aku record kok

Popular Posts